Everybody has an apple tree in his life. And its your Parents !!!
MALAM LAILATUL QODAR
Tak hanya baca al-qur’an saja tapi…………..
Oleh : kafa najeha
Malam lailatul qodar hanya +10 jam, yaitu sejak terbenamnya matahari hingga terbitnya fajar (18.40-04.20), bila dihitung berarti kira-kira 585 menit atau 35100 detik. Bila kita menyempatkan 300 menit aja dengan ibadah yang optimal maka ibadah kita seperti 1000 bulan.
Untuk mengoptimalkan malam lailatul qodar, ada beberapa ibadah yang memang sangat dianjurkan untuk diperbanyak di bulan Ramadhan diantaranya : Shalat tarawih, infak, puasa, membaca al-qur’an dan lain sebagainya.
Ibadah pada malam hari sering kita manfaatkan untuk membaca al-qur’an saja atau shalat saja, memang hal itu tidak masalah dan bukan suatu keburukan hanya di sini penulis akan menyodorkan beberapa doa dan dzikir yang pahalanya besar sehingga bila dzikir atau amalan ini dilakukan pada malam hari ~sebagai tasliyah/refreshing dari kepenatan~ maka pahala akan berlipat ganda. Allahu ‘alam bish showab.
Berikut doa dan dzikir yang mudah dikerjakan di malam lailatul qodar dan hanya membutuhkan satu menit atau beberapa menit saja namun pahalanya besar.
Contoh membagi waktu malam ganjil
Untuk mengoptimalkan malam lailatul qodar, mari kita bagi waktu menjadi 4 bagian.
Pembagian diatas hanya bersifat ijtihady, tergantung kondisi masing-masing individu, bila kuat ahsan ‘ngebyar’,
Membuat team pengawal lailatul qodar
Maksudnya beberapa sahabat kita kumpulkan, kemudian saling bersepakat untuk mengoptimalkan malam ganjil dengan cara untuk tetap terjaga hingga waktu sahur, bila ada teman kita yang ketiduran maka yang lain segera membangunkan, bila ada yang capek saling menghilangkan rasa capek dan ngantuk tersebut.
Mandi atau membasahi kepala
Disebutkan sebuah riwayat yang penulis belum mengetahui derajatnya bahwa 10 terakhir ramadhan Rasulullah sering mandi dan berwudhu agar tetap fresh dalam beribadah. Maka bila kita kantuk mendatangi kita tolak dengan mandi atau wudhu. Insyaallah mampu menahan beberapa menit, bila masih mengantuk mandi atau basahi lagi kepala kita. Begitu seterusnya.
Referensi :
“Mukhtashar Jabalul hasanat bidaqaiq ma’dudah” karya Abu Thalhah Muhammad Yunus bin AbduSatar.
sumber: http://info4islam.wordpress.com/2010/08/29/gaya-baru-mengoptimalkan-malam-lailatul-qodar/#more-185
Al Qur’an mengenai Asal Mula Alam Semesta:
Ilmu kosmologi modern, baik melalui pengamatan maupun teori,dengan jelas menunjukkan bahwa pada Suatu saat di masa lalu, seluruhalam semesta tidak lebih dari segumpal ‘asap’ (atau, campuran gaspanas buram yang sangat padat). Ini adalah prinsip kosmologi modernbaku yang tak terbantahkan. Para ilmuwan sekarang dapat mengamatiterbentuknya bintang baru dari puing-puing ‘asap’ tersebut (LihatGambar 10 dan 11). Bintang-bintang yang memancarkan cahaya sepertitampak di malam hari, sebagaimana halnya seluruh alam semesta,dulunya berada dalam gumpalan ‘asap’ seperti itu. Allah berfirmandalam Al Qur’an:
"Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit danlangit itu masih merupakan asap... " (Al Qur’an, 41:11)
Oleh karena bumi dan langit di atasnya (matahari, bulan, bintangbintang,planet, galaksi, dsb.) terbentuk dari gumpalan ‘asap’ ini juga,kita dapat mengambil kesimpulan bahwa bumi dan langit dulunyamerupakan satu zat yang padu. Lantas dari ‘asap’ yang sama ini,semua benda langit tersebut terbentuk dan terpisah satu sama lain.Allahberfirman dalam Al Qur’an:
"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahuibahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalahsuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antarakeduanya?... " (Al Qur’an, 21:30)
Dr. Alfred Kroner adalah seorang ahli geologi terkemuka. Beliauadalah Profesor Geologi dan Ketua Jurusan Geologi di Institute of Geosciences, Johannes Gutenberg University, Mainz, Jerman. Beliaumengatakan: “Kalau melihat asal-usul Muhammad. . . saya kira merupakan hal yang mustahil dia akan tahu hal-hal seperti asal mulaalam semesta, karena para ilmuwan kita baru menemukan hal tersebutdalam beberapa tahun terakhir ini saja, itu pun dengan metode yangsangat canggih dan peralatan teknologi yang sangat maju.”.
Beliau menambahkan: “Seseorang yang tidak memahami fisikanuklir empat belas abad yang lalu, saya kira, tidak akan punya cukup pengetahuan untuk mengatakan, misalnya, bahwa bumi dan langit itumemiliki asal mula yang sama.”
A) Al Qur’an mengenai Tahap-tahap Perkembangan Janin:
Dalam Al Qur’an, Yang Maha Kuasa berbicara mengenai tahap-tahap perkembangan janin:
"Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati(yang berasal dari) tanah. Kemudian Kami jadikansaripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikanalaqah (lintah, sesuatu yang tergantung, dan segumpaldarah), lalu alaqah itu Kami jadikan mudghah (barangyang dikunyah)... " (Al Qur’an, 23:12-14)
Secara harfiah, kata alaqah memiliki tiga arti: (1) lintah, (2) sesuatu yang tergantung, dan (3) gumpalan darah.
Bila kita membandingkan antara lintah dengan janin pada tahap alaqah, kita akan menemukan kemiripan di antara keduanya2 sebagaimana terlihat pada Gambar 1. Selain itu, janin pada tahap inimemperoleh makanan dari darah induknya,yang mirip dengan cara lintah memperoleh makanan dengan mengisap darah dari makhluklain.
Arti alaqah yang ketiga adalah “sesuatu yang tergantung.” Hal ini tampak dalam Gambar 2 dan 3, yakni tergantungnya janin di dalamrahim induknya selama tahap alaqah.Terakhir, alaqah berarti “segumpal darah”. Penemuan menunjukkan bahwa tampilan luar janin dan kantungnya pada tahap alaqah miripdengan segumpal darah. Ini karena dalam janin terdapat darah dalam jumlah yang besar selama tahap ini (Lihat Gambar 4). Selain itu,darah dalam janin tidak mengalir hingga akhir minggu ketiga.2 Karena itu, janin pada tahap ini mirip dengan segumpal darah.
Dengan demikian, ketiga arti kata alaqah bersesuaian secara tepat dengan uraian mengenai janin pada tahap alaqah.Tahap berikutnya sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut adalah tahap mudghah. Mudghah dalam bahasa Arab berarti“barang yang dikunyah.” Jika kita ambil sepotong permen karet dan mengunyahnya, kemudian membandingkannya dengan janin padatahap mudghah, kita pasti akan berkesimpulan bahwa tampilan janin pada tahap mudghah mirip dengan sesuatu yang dikunyah. Hal inikarena adanya somite di bagian belakang janin yang “mirip dengan bekas gigitan pada barang yang dikunyah.”(Lihat Gambar 5 dan 6).Bagaimana mungkin Muhammad mengetahui semua hal ini 1400 tahun yang lalu, sementara para ilmuwan baru dapat menemukanhal tersebut belum lama ini dengan peralatan mutakhir dan mikroskop yang sangat peka yang tidak ada waktu itu? Hamm dan Leeuwenhoek
adalah ilmuwan pertama yang mengamati sel sperma (spermatozoa) menggunakan mikroskop yang dipertajam pada 1677 M (lebih 1000tahun setelah datangnya Muhammad SAW). Mereka secara keliru menganggap sel sperma berisi bakal manusia yang membesar ketika ditempatkan dalam rahim.
Profesor Emeritus Keith L. Moore2 adalah salah seorang ilmuwan dunia terkemuka dalam bidang anatomi dan embriologi dan pengarangbuku The Developing Human, yang telah diterjemahkan ke dalam delapan bahasa. Buku ini merupakan karya referensi ilmiah yang pernahdipilih oleh suatu komite khusus di Amerika Serikat sebagai buku terbaik yang ditulis oleh seorang ilmuwan. Dr. Keith Moore adalah ProfessorEmeritus Anatomi dan Biologi Sel di University of Toronto, Toronto, Kanada.
Di sana, beliau menjabat sebagai Associate Dean untuk IlmuilmuMurni di Fakultas Kedokteran dan selama 8 tahun menjabat sebagai Ketua Jurusan Anatomi. Pada 1984, beliau menerima penghargaanpaling bergengsi dalam bidang anatomi di Kanada, the J.C.B. Grant Award, dari Asosiasi Ilmuwan Anatomi Kanada. Beliau memimpinbanyak organisasi keilmuwan internasional, termasuk Asosiasi Ilmuwan Anatomi Kanada dan Amerika Serikat serta Dewan Perhimpunan IlmuilmuBiologi. (The Canadian and American Association of Anatomists and the Council of the Union of Biological Sciences.)
Pada tahun 1981, dalam Konferensi Medis Ketujuh di Dammam, Arab Saudi, Profesor Moore mengatakan: “Saya sangat berbahagia dapat memberi penjelasan atas pernyataan-pernyataan dalam Al Qur’an mengenai tahap-tahap perkembangan janin manusia. Jelas bagi sayabahwa pernyataan-pernyataan tersebut pasti diterima oleh Muhammad dari Allah, karena hampir seluruh pengetahuan mengenai hal ini tidakpernah ditemukan hingga abad-abad terakhir ini.
Hal ini merupakan bukti bagi saya bahwa Muhammad pasti seorang utusan Allah.
”Selanjutnya, saat seorang penanya mengajukan pertanyaan berikut:“Apakah ini berarti anda percaya bahwa Al Qur’an itu firman Allah?”
Profesor Moore menjawab: “Sama sekali tidak sulit bagi saya menerima hal itu.”
Dalam suatu konferensi, Profesor Moore menyatakan:
“...Karena tahap-tahap perkembangan janin manusia cukup kompleks, yangdisebabkan oleh proses perubahan yang terus terjadi selama tahap perkembangan, kami mengusulkan agar disusun sistem klasifikasi baruberdasarkan istilah-istilah yang terdapat dalam Al Qur’an dan Sunnah(ucapan, tindakan dan persetujuan Nabi Muhammad SAW). Sistemyang diusulkan ini bersifat sederhana, lengkap dan sesuai dengan pengetahuan embriologi mutakhir. Kajian intensif atas Al Qur’andan hadits (yang berupa catatan yang terpercaya dari para Sahabat mengenai apa yang Nabi Muhammad SAW ucapkan, lakukan dan setujui)dalam empat tahun terakhir mengungkapkan suatu sistem klasifikasi tahap perkembangan janin yang mengagumkan, karena hal itu tercatatsejak abad VII Masehi. Meskipun Aristoteles, pendiri ilmu embriologi, menyadari embrio ayam berkembang dalam tahap-tahap tertentu dalampenelitian yang dilakukannya terhadap telur ayam pada abad keempat sebelum Masehi, ia tidak memberikan rincian mengenai tahap-tahap ini.Sejauh pengetahuan manusia mengenai sejarah embriologi hingga abad kedua puluh, hanya sedikit sekali yang diketahui mengenai tahap-tahapdan klasifikasi perkembangan janin. Berdasar pemikiran ini, uraian mengenai janin manusia dalam Al Qur’an tidak mungkin didasarkan ataspengetahuan ilmiah abad VII. Satu-satunya kesimpulan yang mungkin adalah bahwa semua uraian ini diwahyukan kepada Muhammad oleh Allah. Beliau tidak mungkin mengetahui rincian seperti itu karena beliau adalah seorang yang ummi (tidak bisa membaca) dan tidakpernah sama sekali mengenyam pendidikan ilmiah.”
from : buku "A Brief Illustrated Guide To Understanding Islam"
Sebuah buku berjudul Earth (Bumi) kini menjadi buku teks rujukan wajib di universitas-universitas di seluruh dunia. Salah seorangpenulisnya, Professor Emeritus Frank Press. Beliau pernah menjabat sebagai Penasihat Sains bagi mantan Presiden Amerika Serikat, JimmyCarter, dan selama 12 tahun menjabat sebagai Presiden Lembaga Ilmu Pengetahuan Nasional (the National Academy of Sciences), WashingtonDC. Bukunya menyebutkan bahwa gunung-gunung memiliki akar yang memakunya.2 Akar ini tertanam jauh di dalam tanah, sehinggagunung mirip dengan sebuah pasak. (Lihat Gambar 7,8,9).
Al Qur’an menguraikan gunung-gunung sebagai berikut.
"Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan, dan gunung-gunung sebagai pasak? "(Al Qur’an, 78:6-7)
Ilmu bumi modern telah membuktikan bahwa gunung-gunung memiliki akar yang tertanam jauh di bawah permukaan tanah (lihatGambar 9) dan akar tersebut dapat mencapai beberapa kali lipat ketinggian gunung di atas permukaan tanah.1 Jadi ungkapan yangpaling tepat untuk menggambarkan gunung-gunung berdasarkan keterangan ini adalah kata ‘pasak,’ karena sebagian besar bagian pasakyang tertanam dengan baik pasti tersembunyi di bawah permukaan.
Sejarah ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa teori yang menyatakan bahwa gunung-gunung memiliki akar yang dalam baru diperkenalkanpada paruh kedua abad XIX.
Gunung-gunung juga memainkan peran penting dalam menstabilkan kulit bumi.Gunung-gunung mencegah bergoyangnya bumi. Dalam AlQur’an, Allah berfirman:
"Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu... "(Al Qur’an, 16:15)
Teori modern mengenai lempeng tektonik juga mengatakan gunung-gunung berfungsi sebagai penyeimbang bumi. Pengetahuanmengenai peran gunung sebagai penyeimbang bumi baru mulai dipahami dalam kerangka lempeng tektonik sejak akhir tahun 1960-an.
Adakah seseorang dalam masa Nabi Muhammad SAW yang tahu bentuk gunung yang sesungguhnya? Dapatkah seseorang membayangkangunung yang massif dan teguh di hadapannya sebenarnya tertancap jauh ke dalam bumi dan mempunyai akar, seperti yang dikatakan olehpara ilmuwan? Berbagai buku mengenai geologi hanya membicarakan bagian yang terdapat di atas permukaan tanah.Hal ini karena buku-buku tersebut tidak ditulis oleh para ilmuwan dalam bidang geologi. Meski demikian, geologi modern telah menegaskan kebenaran ayat-ayat AlQur’an.